Cinta Pertama Ayra
Senja di kota Pekanbaru. Gemuruh langit
begitu keras. Air-air rahmat itu turun membanjiri selokan-selokan di depan
rumahku. Aku hanya terpaku melihat rintik-rintik hujan diluar rumahku. Aku
merasa hujan tahu bagaimana perasaan ku sekarang ini. Perasaan yang begitu
sakit ketika ditinggalkan orang yang paling aku cintai. Orang yang selalu bisa
membuat aku tersenyum ketika mengingatnya. Orang yang selalu membuat aku
cemburu akan prestasi-prestasi yang dicapainya sehingga aku termotivasi
mengalahkannya. Ah…aku benci perasaan seperti ini, ingin rasanya aku mengubur
dalam-dalam perasaan ini tapi aku tidak bisa. Apakah Tuhan begitu sempurna
menciptakan dia sehingga tak ada sedikitpun kekurangan yang dapat ku lihat di
dalam dirinya. Aku benar-benar bingung kemana pergi akal sehatku. Akal yang
selalu ku gunakan menyanggah pernyataan orang-orang yang begitu terlena
oleh lima huruf tersebut. Lima huruf yang mampu melululantahkan isi bumi,
lima huruf yang bisa membuat semua orang saling menyayangi bahkan rela
mengorbankan nyawanya demi lima huruf tersebut. Sekarang lima huruf tersebut
hinggap di hatiku. Oh Cinta kenapa kau menghampiri hatiku dengan begitu
dahsyat? Hati yang awalnya tenang sekarang mulai gelisah sejak kau datang. Oh
Tuhan, apakah yang aku rasakan ini sebuah kesalahan?? Tolong aku tuhan untuk
menghilangkan perasaan ini.
Aku ingin menjadi diriku yang dulu sebelum mengenal cinta.
Cinta yang hanya ku rasakan dari-Mu. Cinta yang tak akan pernah mati dan luntur
sekalipun. Cinta ini juga membuat aku tenang and enjoy menjalani
hidup. Tapi cinta yang kurasakan sekarang ini sungguh berbeda. Cinta yang
membuat jantung ini berdebar-debar. Debaran yang menggembirakan
kadangkala debaran yang membuat dada ini sesak. Sesak yang menyakitkan.
♥♥♥
Hari ini adalah minggu terakhir liburan semester bagi siswa SMA. Seminggu
lagi sekolah akan dimulai. Itu berarti aku harus bisa memanfaatkan waktu
yang sedikit ini untuk mengungkapkan cintaku kepada Fahri, temanku waktu kecil.
Aku merasakan getar-getar cinta itu ketika aku kelas lima sekolah dasar.
Awalnya aku menganggap itu hanyalah cinta monyet tapi seiring berjalannya
waktu. Perasaan cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Sampai saat ini cinta itu
semakin membesar dan bertambah dalam. Ketika bertemu dengannya, jantungku
selalu berdebar dan ada rasa sedih kalau sehari saja tidak melihatnya. Hingga
hari yang kutunggu-tunggu datang juga. Bunga, pohon, kupu-kupu, dan bangku yang
kami duduki ini menjadi bukti pernyataan cintaku kepada Fahri.
“Fahri, ada yang ingin ku katakan padamu” kataku gugup
“Ada apa Ra?” jawab Fahri
“tapi kamu harus janji dulu kalau kamu tidak akan
mentertawakan aku, bagaimana?”
“Ok Ayra. Memangnya mau ngomong apa, kok pakai janji
segala?” ujar Fahri penasaran.
“Fahri, aku sebenarnya sudah lama ingin mengatakan ini
kepadamu tapi aku takut kamu akan marah dan bahkan menjauh dariku tapi setelah
aku pikir-pikir, akan sakit bila rasa ini terus ku simpan” ucapku dengan suara
bergetar.
“kok jadi serius begini?” Fahri dengan sabar
mendengar kata-kataku. Kembali aku menarik nafas.
“Awalnya aku kira perasaan ini hanyalah perasaan kagum. Rasa
kagum kepada orang yang memiliki kelebihan dari yang aku punya. Maka aku
biarkan saja perasaan ini berjalan dengan sendirinya. Tapi lama-kelamaan
perasaan itu semakin jelas apalagi setelah kita sama-sama menginjak remaja.
Mmm…..Fahri, Aku mencintaimu”
Aku berhenti sejenak dan memberanikan diri menatapnya. Dari
wajahnya bisa kulihat keterkejutannya. Aku sangat yakin kalau dia tidak menyangka
aku seberani ini. Kembali kulanjutkan.
“Fahri, aku tau kamu kaget. Tapi inilah yang kurasakan
selama aku mengenalmu. Sekarang aku siap mendengar apapun yang menjadi
pilihanmu” ucapku pasrah.
“Ayra, kamu tau? Aku sangat kagum dengan keberanianmu. Aku
juga sangat berterima kasih atas kejujuranmu. Aku saja belum bisa melakukan
seperti apa yang kamu lakukan sekarang ini.” Kata-kata Fahri membuat aku
tertunduk malu. Tapi aku berpikir lagi, jangan-jangan ini salah satu cara dia
buat menolak aku.
“ Jadi, akan sangat sulit bila…”
Kalimat Fahri terputus seiring dengan putusnya helaan
napasku, serasa aku tidak bisa bernapas.
“bila aku tidak menerima cinta gadis seberani kamu”
O M G (oh my god) ingin rasanya aku pingsan mendengar
jawabannya padahal tadi aku sempat putus asa. Aku sungguh bahagia karena orang
yang telah lama aku impikan bisa menjadi pangeran ku. Pangeran yang akan
mengisi setiap ruang dihatiku. Aku bisa senyum puas sekarang karena
perjuanganku tidak sia-sia.
♥♥♥
Indahnya sinar rembulan malam ini seolah-olah mengungkapkan
isi hati ku yang sedang dilanda kasmaran. Kejadian tadi sore begitu berkesan
dihatiku. Aku sungguh tidak menyangka kalau Fahri akan menerima cintaku. Senyum
puas bisa kurasakan saat ini. Tiba-tiba aku merasakan rindu yang mendalam
kepada Fahri. Rindu wajahnya yang selalu membuat aku nyaman melihatnya. Tapi
apakah dia juga merasakan hal yang sama. Kalau dia merasakannya, dia pasti
nelpon aku malam ini.
“bulan, sampaikan salam rinduku kepada Fahri “ Ujarku
berharap kepada sang rembulan tiba-tiba hp ku berbunyi.
“Itu pasti dari Fahri, berarti dia merasakan juga” Kataku
dalam hati sambil tersenyum.
“Assalamu’alaikum” jawabku
“Wa’alaikumsalam”balasnya
“Kenapa Bel?” tanyaku lemas
“Bagaimana misi nya? Berhasil?” ucap Bella
“Berhasil donk, Ayra..” ujarku sombong
“Berarti? Kalian sudah jadian. Selamat ya, moga hubungan
kalian langgeng sampai kakek nenek. Hehehe…”
“Memang kami mau nikah apa? Huuu….
“Aminkan kek, mana tau kalian jodoh”
“Ok boss, amin…”
“Nah gitu donk, hehe…Oh ya, agar kebahagian kalian bisa juga
aku rasakan bagaimana kalau aku ditraktir. hehe”
“maunya….Huuuu….tapi
boleh juga. Awal masuk sekolah saja ya”
“Ok”
Ada kekecewaan dihatiku. kekecewaan ketika tau kalau yang
menelpon bukan Fahri melainkan Bella, teman sekelasku. Aku kembali
menatap bulan sambil melamun. Tiba-tiba...
Tok…Tok…
Ketukan
pintu menyadarkan aku dari lamunanku.
“ya, tunggu sebentar?” tanyaku
“Kakak dipanggil Ayah untuk makan malam”ujar Dhafi, adikku.
“ya Dek, tunggu bentar” ujarku segera membuka pintu
Aku baru sadar ternyata aku belum makan malam. Kok bisa aku
tidak merasakan lapar, biasanya jam segini aku sudah mati kelaparan. Apa ini
karena cinta? Tau ah…aku segera berjalan ke meja makan.
“Ayra, bagaimana sekolahmu?” Ayah bertanya disela saat dia
makan
“baik Yah, memang ada apa Yah?” jawabku melanjutkan makan
“Setelah lulus nanti, kamu mengambil jurusan apa?”
“Rencananya Ayra mau ngambil pendidikan bahasa inggris di
Padang, bagaimana menurut Ayah?”
“Bagus, cuma apa kamu nggak kepengen mengambil
pendidikan dokter umum atau akademi kebidanan”
“Ayra merasa lebih mampu di jurusan bahasa inggris daripada
pendidikan dokter atau sejenisnya. Ayah tau kan, kalau dari dulu Ayra memang
suka bahasa Inggris.”
“kalau itu sudah menjadi pilihan kamu. Ayah setuju-setuju saja
asal dikemudian hari kamu tidak menyesal”
“ya Ayah, Ayra paham”
Dikamar, kata-kata Ayah kembali terngiang ditelingaku. Tapi
sejak aku tau kalau Fahri sangat menyukai bahasa inggris, aku pun menyukai
bahasa inggris. Rasa kagumku kepadanya membuat aku menyukai apapun yang
dia sukai dan aku pun termotivasi untuk menandingi semua kelebihannya. Aku
yakin aku tidak akan menyesal. Apalagi sekarang Fahri telah menjadi milikku.
Senyumku mengembang mengingat kejadian tadi sore. Malam ini aku sulit
memejamkan mata karena perasaan bahagia ini susah membuat aku tertidur. Aku
berusaha memejamkan mata. Akhirnya aku terlelap dengan mendekap bantal pink
kesayanganku yang berbentuk gambar hati.
♥♥♥
Matahari merekah dari ufuk timur. Sinarnya begitu indah. Tak
pernah keindahan ini aku lewatkan. Aku selalu setia menunggu matahari terbit
dan memancarkan sinar yang begitu luar biasa indahnya. Seakan cahaya itu
memberikan motivasi baru kepadaku. Aku teringat Fahri. Segera aku mengambil hp
dan menekan nomornya. Ternyata diangkat.
“Hallo” katanya dengan suara malas
“Assalamu’alaikum”
“Eh, wa’alaikumsalam” balasnya sedikit gelagapan
“Kamu baru bangun tidur? Fahri cepat buka jendela kamarmu”
ujarku semangat
“memang ada apa? Wow…sinarnya terang dan indah. Ra sering
lihat ini?” Tanya Fahri
“that’s right” ujarku
“Oh ya Ra, nanti sore kita ketemuan di taman kemaren ya.
Bisakan!”
“Ok Fahri”
♥♥♥
Aku sibuk memikirkan bagaimana cara minta izin kepada Ayah
agar bisa ketemu dengan Fahri. Akhirnya aku mendapatkan cara.
Aku
bertemu Ayah diruang keluarga ketika ayah sedang baca buku-buku islam. Inilah
buku-buku kesukaan ayah.
“Yah, Ayra mau keluar sebentar” ujarku
“Kamu mau kemana sore-sore gini?” Tanya ayah sambil menoleh
kearahku
“Aku mau cari buku motivasi Yah”
“Pergi sama siapa?”
“Sama Bella, boleh Yah?” kataku berbohong. Didalam hati aku
berkata “maafkan Ayra, Ayah. Kali ini saj, Ayra tidak akan mengulanginya lagi”
“Boleh, tapi kamu sudah shalat ashar kan!” ucap Ayah tegas
“sudah dong Yah. Makasih Yah, Aku pergi Yah. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Beginilah meminta izin kepada Ayah kalau aku mau keluar atau
hang out. Ayah hanya akan memberi izin kalau aku pergi dengan Bella.
Menurut Ayah, Bella adalah anak yang baik dan sopan. Ayah juga sudah lama
mengenal Bella karena Ayah sahabatan dengan Papa Bella . Ayah tentunya sudah
mengetahui karakter Bella.
“yes..”kataku melangkah pasti. Didalam hati aku berkata”
maafkann aku Bella karena telah berbohong dan membawa namamu”
♥♥♥
Aku terpesona melihat dia sore ini. Jantungku berdebar
hebat. Debaran yang membuat aku bahagia. Dia begitu tampan dengan balutan
kemeja merah yang membuat wajahnya semakin mempesona. Aah…aku sungguh beruntung
karena dia telah menjadi milikku.
“Hai Ra” sapa nya
Aku tidak mendengar sapaannya. Aku masih terpaku melihat
keindahan Tuhan menciptakan makhluk seperti dia. Aku sungguh speechless
dibuat nya. Wajahnya yang angkuh diperindah dengan alisnya yang tebal,
sorot matanya yang tajam, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tidak
terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Apalagi rambut harajuku nya yang
menambah kesempurnaan wajahnya. Dia sungguh tampil beda hari ini. Mungkin dia
mau memberikan yang terbaik saat kencan pertama kami. Aku tersenyum.
“Ayra” Dia mengibaskan tangannya diwajahku dan membuat aku
tersadar dan segera aku mengalihkan pandanganku dan menunduk
“eh ya, Ri ngomong apa tadi?” Ucapku berusaha enjoy
“Ra kenapa bengong?”
“Mmm, nothing. Forget it”jawabku
tersenyum
“Oh ya Ri, besok jadi berangkat ke Padang kan! Kira-kira jam
berapa Ri?”
“Sekitar jam sembilan Ra”
“Berarti kita tidak bisa ketemu lagi” ucapku lemas
“Kita masih bisa ketemu saat libur semester, ya kan!
“Oh iya ya tapi liburnya kan hanya dua minggu Ri. Itu pun
sekali dalam enam bulan kan!”
Ingin rasanya aku hentikan waktu agar dia tidak jadi pergi
dan tetap bersamaku dikota ini.
“Oh ya Ri, kamu mau mengambil jurusan apa setelah lulus
SMA?”
“Kedokteran tapi aku kurang yakin bisa lulus Ra”
Kali ini aku kaget. Aku pikir dia bakal mengambil jurusan
bahasa inggris, ternyata bukan. Huufth…Aku kecewa tapi aku berusaha
menyembunyikan perasaan kecewa dengan memberinya semangat.
“Kenapa mesti pesimis gitu. Ra yakin Fahri bisa lulus”
“thank’s ya Ra atas dukungannya”
“Sama-sama Ri” jawabku semangat
“Oh ya, Kalau Ra mau mengambil jurusan apa?”
“Pendidikan Bahasa Inggris di Padang, bagaimana menurut
Fahri?” Tanyaku
“Bagus tapi kenapa Ra mau mengambil jurusan bahasa inggris
bukannya sekarang jurusan Ra di SMA, IPA. Aku kira Ra bakal mengambil jurusan yang
eksakta seperti matematika atau yang berbau science gitu”
“Ini semua kan agar aku bisa berkomunikasi dengan kamu
tentunya menggunakan bahasa inggris. Bahasa yang kamu suka dan karena aku suka banget
sama kamu” tentu saja kata-kata ini hanya tersimpan dihatiku
“Karena aku pengen jadi dosen bahasa inggris and go
around the world”
“it’s great dream Ra. Aku suka impian kamu Ra”
katanya memuji
“thank’s” aku hanya tersenyum mendengar pujiannya
“Besok hati-hati ya dan jangan lupa kasih tau aku kalau kamu
sudah tiba di Padang”
“Ya Ayra” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang aku rindukan
kalau nantinya kami berjauhan. Aku sedih karena ini adalah pertemuan terakhir.
Aku tidak tau kapan lagi bisa ketemu dengannya.
♥♥♥
Didalam kamar yang penuh dengan bintang-bintang yang selalu
menemani aku tidur. Aku cuma bisa berdiam. Aku sedih membayangkan kami akan
berpisah. Aku takut dia tidak bisa setia dengan cintaku karena disana akan
banyak gadis-gadis cantik. Apakah dia bisa bertahan. Aku lemas membayangkan itu
semua. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Lagian
setelah lulus SMA nanti aku akan menyusulnya.
Ternyata hari yang tidak aku harapkan datang juga. Aku tidak
sempat ketemu dengannya. Aku hanya bisa melihat travel carnya melewati
jalan didepan rumahku. Dia tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumannya. Dadaku
terasa sesak tapi ada terselip kebahagian juga didalamnya. Kebahagian karena
aku bisa melihat senyumnya.
Aku berusaha mencari kesibukan dengan membantu pekerjaan ibu
didapur dan sekali-kali melirik kearah HPku kalau-kalau Fahri nelpon aku. Jadi
HP aku letakkan diatas lemari es. Ibu heran melihat tingkahku. Aku hanya
tersenyum agar ibu tidak curiga. Sampai malampun Fahri juga belum menghubungi
aku. Aku jadi khawatir. Aku beranikan menelpon untuk memastikan keadaannya.
Tapi tidak ada jawaban dari sebrang sana. Aku tertidur menunggu telpon dari
nya.
♥♥♥
Hari ini adalah hari pertama aku kembali ke sekolah lagi. Aku sedikit kurang
semangat karena aku mengkhawatirkan Fahri. Sampai pagi ini pun, Aku masih
menunggu telpon darinya. Tapi aku berusaha menyembunyikan kekhawatirkan ku agar
Bella tidak curiga dengan perubahan sikapku. Bisa-bisa nanti dia tidak bisa
menikmati traktiranku. Aku senang melihat Bella yang sangat lahap memakan baksonya.
Dia selalu bersemangat diajak makan apalagi yang nanya nya gratisan. Katanya
“gratisan itu enak Ra, hehe…”.Tanpa sadar Bella dari tadi juga memperhatikanku
dan bertanya
“Ra kenapa? pagi-pagi sudah melamun, apa ada masalah lagi?”
Tanya nya mengakhiri makannya.
“nothing, Oh ya, katanya kamu mau mendengar ceritaku”
kataku mengalihkan pembicaraan. Aku langsung menceritakan semua yang telah
terjadi sore kemaren. Bella gembira karena dia juga turut andil dalam misi
penembakan ini. Tapi aku merahasiakan kekhawatiranku kepada Fahri.
“kamu hebat Ra, aku saja belum tentu bisa seperti kamu” ucap
Bella memujiku
“Oh ya, bagaimana kalian ketemuan? Ayah kamu pasti tidak
akan mengizinkan kamu pergi berduaan dengan Fahri. Apalagi kalian tidak berada
di sekolah yang sama. Akan sulit bagi kalian untuk bertemu. Fahri sekolah di
Padang sedangkan kamu di Pekanbaru. Berarti libur sekolah saja kalian bisa
ketemuan. Itupun kalau kamu diizinkan keluar oleh Ayahmu”
“Ya seh Bel, tapi kemaren aku berbohong kepada Ayah agar bisa
bertemu dengannya. Maaf ya Bel kemaren aku membawa nama kamu”
“it’s no problem asalkan kamu senang tapi jangan di
ulangi nya lagi karena aku takut ketahuan, Bisa-bisa Ayahmu tidak percaya lagi
sama aku.
”Ya Bella imut” ujarku mencubit pipi chubby nya
”Ya Bella imut” ujarku mencubit pipi chubby nya
“Fahri
sudah di Padang kan sekarang!”
“aku tidak tau Bel” aku kecoplosan menjawab pertanyaannya
“Why? apa dia belum menghubungi kamu?”
Aku hanya menggeleng tak bertenaga.
“Coba kamu duluan yang menghubungi dia”
“sudah Bel tapi tidak ada jawaban”
“Mungkin saja dia ketiduran karena capek. Coba hubungi dia
sekarang”
“Ok…”
Aku mengikuti saran Bella. Beberapa detik kemudian baru ada
jawaban. Aku tersenyum kearah Bella.
“Diangkat Bel, aku kesana bentar ya. Kamu duluan aja ke
kelas nanti aku nyusul kalau guru sudah masuk kasih tau aku ya” ucapku girang
“Hai Fahri”
“Hai juga Ayra”
“kamu baik-baik saja kan! Kamu sudah di Padang kan sekarang?
Kenapa tidak menghubungi aku padahal kamu sudah janji?” kataku dengan
pertanyaan bertubi-tubi
“Maaf ya Ayra. Kemaren aku kecapean. Oh ya, Kamu tidak
sekolah. Pagi-pagi sudah nelpon aku” Ucapnya
“Ini kan gara-gara kamu, aku khawatir terjadi apa-apa sama
kamu” kataku merenggut
“Ya Ra, maafin aku ya. Ya sudah sana masuk kelas nanti telat
lho.
“Ok Fahri”
Klik…tut…tut…
Ah benar apa yang kupikirkan kemaren. Dia tidak
menghubungiku karena dia kecapean. Berarti aku harus selalu berpikiran positif
sama dia karena orang yang saling mencintai itu harus saling percaya satu sama
lainnya. Kuhembuskan napasku dan merasakan udara segar masuk. Aku merasa
matahari tersenyum kepadaku seakan tau perasaan bahagiaku. Aku kembali ke kelas
dan belajar dengan semangat apalagi pelajaran pagi ini bahasa inggris.
Aku sungguh senang sekali.
♥♥♥
Setelah hampir satu bulan menjalani hubungan dengan Fahri. Komunikasi
kami masih belum lancar. Dia jarang sms aku duluan. Malahan aku duluan yang
sering mengirim sms padanya walaupun cuma say hi. Dia balas sms ku
dengan singkat. Awalnya aku berpikir itu tidak jadi masalah. Aku berpikir dia
pasti sibuk dengan tugas sekolah dan kegiatannya karena aku tau dia juga
termasuk siswa aktif di sekolah. Jadi mungkin saja sulit baginya menghubungi
aku. Tapi lama kelamaan aku sedih dengan semua ini. Cinta yang aku harapkan
bukan seperti ini. Aku jadi meragukan cintanya. Apakah cintanya kepadaku
hanyalah cinta kasihan karena aku pernah menjadi temannya waktu kecil. Sungguh
bukan cinta seperti ini yang aku harapkan. Aku sering melamun di sekolah maupun
di rumah. Ternyata Bella menangkap perubahanku. Dia heran melihatku. Teman-temanku
yang lain juga heran melihat perubahan sikapku. Aku yang dulunya selalu
semangat mengikuti pelajaran sekarang malah diam tanpa kata.
Ketika jam istirahat Bella menghampiriku dan menanyakan
perubahan sikapku. Lalu aku menceritakan semuanya kepada Bella. Dia kasihan
melihat aku dan dia berkata kepadaku bahwa aku harus meyakinkan diriku bahwa
cintanya bukanlah cinta palsu.
“Kalau
benar cintanya adalah cinta palsu langsung saja kamu putuskan dia” ujar Bella
dengan nada suara meninggi. Aku hanya mengangguk mendengar pernyataan Bella.
Lalu malamnya aku beranikan diri menelpon Fahri. Aku
mendengar dia mengangkat dengan nada suara masih ngantuk karena aku menelpon
hampir tengah malam. Aku takut nanti membangunkan Adekku karena kamar kami
bersebelahan.
“hallo Fahri”
“Ya Ra, ada apa? Kok nelpon tengah malam gini?
“maaf ya Ri kalau aku ganggu waktu tidur kamu. Aku cuma mau
memastikan tentang hubungan kita. Aku ragu dengan sikap kamu. Kamu jarang
mengirim sms kepadaku apalagi menelponku.
“Kenapa kamu tanya seperti itu Ra?”
“aku butuh jawaban dari kamu Ri? Do you really love me or
not??” suaraku mulai meninggi
“Ayra kalau aku tidak menyukaimu, mana mungkin aku
mengiyakan ketika kamu say your love. ”
“O gitu ya”
Aku terbaring lemas dikasurku. Aku tidak mengira dia akan
berkata seperti itu padahal aku berpikir kalau dia juga mencintaiku. Dari
kata-katanya bisa kulihat bahwa dia tidak mencintaiku. Mungkin alasan dia
menerima cintaku adalah karena dia tidak mau melihat aku kecewa. Aku berkata
lirih kepada diriku sendiri.
“Kamu kenapa bodoh gini Ra, Apa mata hatimu sudah
dibutakan oleh cinta” aku heran melihat diriku sendiri, kenapa aku tidak bisa
membaca matanya saat dia menerima cintaku. Biasanya kan mata tidak bisa
berbohong.
♥♥♥
Memasuki bulan kedua hubungan aku dengannya. Sikap Fahri
tidak juga berubah. Malahan sekarang dia tidak ada menghubungiku sama sekali.
Aku semakin yakin bahwa dia hanya kasihan kepadaku bukannya cinta. Oh betapa
malangnya aku ini. Setiap pulang sekolah aku selalu mengunci diriku didalam
kamar. Nilaiku di sekolah juga berantakan. Aku bingung harus berkata apa kalau
Ayah dan Ibuku nanti menanyakan hal ini. Huuu…Rasanya aku capek begini terus.
Aku harus bangkit lagi dari keterpurukanku. Tiba-tiba hp ku berbunyi,
ternyata ada sms masuk. Aku terperanjak ternyata yang sms adalah Fahri, ada
kebahagiaan terpancar dari mataku tapi isi sms nya diluar dugaanku.
“Ayra,
maaf ya. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Aku tidak bisa long
distance. Kalau Tuhan menakdirkan kita berjodoh kita pasti dipertemukan
lagi”
Berarti ini adalah jawaban dari semua pertanyaanku atas
sikapnya. Aku tau bahwa long distance hanyalah alasan yang
dibuat-buatnya. Aku yakin kalau dia benar-benar mencintaiku dia pasti bisa long
distance karena cinta itu tidak pernah mmengenal jarak. Dengan berusaha
tegar aku membalas smsnya.
“ya
Ri, gak apa apa kok. Terima kasih ya kamu sudah mau menjadi cowokku.
Walaupun hanya sebentar tapi bagiku itu sudah cukup. Terima kasih atas
semuanya”
Lalu aku matikan HPku dan menangis tersedu-sedu. Lalu hujan
turun ketika aku menangis seakan hujan mengerti akan kesedihanku. Kesedihan
yang begitu pahit karena baru saja aku merasakan cinta. Sekarang cinta itu
pergi begitu cepatnya. Aku tidak habis pikir kenapa dia setega ini kepadaku.
Aku benar-benar tidak bisa mengerti dengan semua ini apalagi cintaku yang
sangat tulus kepadanya. Pada saat aku masih menjadi kekasihnya. Begitu banyak
cowok-cowok yang menyatakan cintanya kepadaku. Karena aku merasa telah memiliki
dia jadi tidak mungkin aku menduakan cintanya. Walaupun ada juga godaan yang
datang untuk mendua. Tapi pikiran itu langsung kubuang. Aku benar-benar yakin
bahwa dia akan selalu bersamaku. Tapi kenapa sekarang jadi begini. Aku kembali
menangis tersedu-sedu.
Tok..tok…
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Aku kaget dan segera
pergi ke toilet untuk mencuci muka. Setelah yakin tidak ada bekas airmata lalu
aku membuka pintu.
“Kak kenapa, kok matanya sembab gitu? Apa
kakak nangis?”
Aku tidak menjawab pertanyaan Dhafi tapi aku langsung
menangis dipundak kecilnya. Walaupun aku dan Dhafi sering berantam ternyata dia
sangat menyayangiku. Dibalik sikapnya yang usil ada kelembutan dimatanya.
Bodohnya aku, kenapa baru sekarang aku menyadari hal itu.
“Kakak tidak apa-apa Dek” kataku seraya menutupi masalah
yang sedang ku hadapi. Aku tidak mau dia mengetahui aku menangis karena cinta.
Apalagi dia masih kecil. Dia pasti belum paham tentang cinta.
“Apa kakak tadi mendapat nilai jelek disekolahnya” katanya
Aku
tidak menjawab pertanyaan polosnya. Aku malah tersenyum mendengarnya. Aku jadi
berpikir mungkin bagi Dhafi kesedihan yang fatal adalah disaat dia tidak bisa
mendapatkan nilai bagus disekolah. Oh Dhafi, kamu benar-benar masih sangat
lugu.
“berarti kakak harus lebih rajin lagi belajar seperti yang
sering dikatakan ayah. Jadi sekarang kakak tidak perlu sedih lagi”
“Ya adekku” kataku sambil mengacak rambutnya
“karena kakak sudah bisa tersenyum lagi, kakak mau kan
membuatkan aku mie goreng sebagai balas jasa karena aku telah berhasil
menghibur kakak”
“Dasar….ternyata kamu punya otak mafia juga”
“Ya iyalah aku kan adeknya kakak. Masih ingat tidak, ketika
kakak menyuruh aku minta duit kepada ibu untuk dibelikan es krim padahal kakak
cuma memeriksa hasil PR ku dari sekolah”
“Okelah kalau begitu”(seperti lagu warteg boys saja, hehe)
Kataku sambil tertawa bareng dengan Dhafi. Dhafi menemani
aku masak didapur.
“Tapi janji ya jangan katakan kepada siapapun kalau tadi
Dhafi lihat kakak menangis” ujarku
“siip boss”
♥♥♥
Diluar masih gerimis tapi perasaanku sudah bisa dikendalikan
apalagi ketika aku mengingat ucapan ayah ketika kami lagi makan malam
bersama.
“Ayra, Ayah harap kamu tidak terjebak dalam percintaan
remaja zaman sekarang. Kamu tau kenapa? Ayah melihat anak zaman sekarang banyak
mengikuti hawa nafsunya saja dan tidak memikirkan akibat dari apa yang mereka
lakukan”
“maksud ayah? Ayra kurang paham” Tanyaku bingung
“ Remaja sekarang banyak yang nikah muda padahal mereka
belum siap berumah tangga apalagi sekolah mereka menjadi korbannya. Ini terjadi
karena ketidak tahuan mereka dalam mengendalikan cinta dan perasaan mereka.
Akhirnya masa depan menjadi korban. Apabila suatu saat cinta menghampiri kamu.
Ayah harap kamu bisa mengendalikannya.”
“Ya Yah tapi cara mengendalikan cinta itu bagaimana Yah?”
“Apabila cinta datang. Alihkan rasa cintamu dengan mencintai
Allah. Hadapilah dia dengan bijak dan jangan terlalu mendewakan perasaan
cintamu”
♥♥♥
Mulai sekarang aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku
akan mulai mencintai Allah dan bijak dalam mencintai makhlukNya. Tiba-tiba aku
ingin ketemu ayah lalu aku segera mencari ayah. Ternyata ayah lagi duduk
bersama ibu diruang keluarga. Aku yakin Dhafi pasti sudah tertidur pulas
dikamarnya karena sekarang sudah jam sembilan lewat limabelas menit. Sedangkan
waktu tidur Dhafi adalah jam sembilan. Aku dan Dhafi selalu diajari Ayah untuk
disiplin memakai waktu. Aku terdiam sebentar melihat kearah orangtuaku. Tanpa
terasa airmataku mengalir. Segera kuhapus dan aku menghampiri mereka dan duduk
disamping ayah.
“Ayah terima kasih atas semua didikanmu kepada Ayra” kataku
kepada ayah seraya memeluknya. Tanpa terasa airmata ku meleleh. Ayah terkejut
dan bertanya kepada Ibu.
“Bu, ada apa dengan anakmu yang satu ini?” Tanya Ayah kepada
Ibu
“Ada apa Ayra?” Tanya Ibu lembut
“Tidak ada apa-apa kok Bu, Ayra cuma mau berterima kasih
saja kepada Ayah”
“Hanya berterima kasih kepada Ayah, Ibu jadi cemburu.” Ucap
Ibu tersenyum. Aku hanya diam dan berusaha mengumpulkan kekuatan.
“Ayra, Ibu lihat ada sesuatu yang sedang Ayra sembunyikan.
Betul itu Nak, perasaan seorang ibu tidak bisa kamu bohongi. Ayo Ayra katakan
kepada Ibu dan Ayah. Mungkin Ibu dan Ayah bisa membantumu”
Aku terdiam mendengar penuturan Ibu. Aku berpikir sejenak
berharap bisa mendapat kata-kata yang tepat untuk mengatakan yang selama ini
membuat aku merasa bersalah tapi apa aku bisa? Sebelum berbicara aku menatap
wajah Ayah dan Ibu bergantian agar keraguan itu sirna. Aku membaca basmallah
didalam hati dan mulai berbicara.
“Ayah, Ibu, Ayra mau jujur tentang apa yang mengganggu
pikiran Ayra selama ini. Sebenarnya Ayra telah berani melanggar nasihat Ayah
dan Ibu…” Aku berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian. Kulihat lagi
wajah Ayah dan Ibu, ada penasaran didalamnya. Tak sanggup aku melanjutkan,
airmata ku keluar tanpa ku sadari. Ibu segera memelukku dan berkata dengan
lembut.
“Ayra kenapa sayang? Nasihat apa yang telah Ayra langgar?”
“Ayah, Ibu,…maafkan Ayra, Ayra telah berbohong ketika Ayra
bilang Ayra mau pergi dengan Bella ketika libur semester. Sebenarnya Ayra pergi
dengan Fahri.”
“Apa? Fahri? Maksud kamu, kamu…” kata Ayah terkejut
“Ayah biarkan Ayra berbicara dulu”ujar Ibu menenangkan Ayah
“Ya Yah, Ayra kemaren janjian sama Fahri ditaman. Ayra tau
Ayra telah mengkhianati kepercayaan yang Ayah dan Ibu berikan kepada Ayra. Tapi
Yah, Ayra juga mau merasakan jatuh cinta dan memiliki pacar seperti teman Ayra
di sekolah. Apa Ayra salah Bu?”
“Ayra jatuh cinta itu tidak salah salah sayang. Yang salah
adalah cara Ayra memaknainya. Ayra boleh merasakan cinta tapi tidak dengan
pacaran. Ayra masih ingat kata-kata Ayah kalau pacaran hanya boleh setelah
menikah. Pacaran itu banyak mudharatnya sayang seperti kamu malas belajar
karena sibuk memikirkan dia, dan sering melamun jadinya. Cinta yang Ayra rasakan
sekarang ini hanyalah cinta semu. Kalau Ayra mau cinta Ayra abadi, serahkan
cinta itu seutuhnya kepada Allah. Dengan begitu Ayra akan lebih mudah memaknai
dan bersikap dikala cinta itu melanda Ayra. Ayah dan Ibu sangat berharap Ayra
bisa fokus untuk sekolah dan kuliah dulu. Setelah waktunya tiba, cinta itu akan
datang dengan sendirinya” kata Ibu mengakhiri nasihatnya. Aku hanya
mengangguk
“Ayah, Ibu maafkan Ayra ya. Ayra tidak akan mengulangi
kesalahan ini lagi. Ayra berjanji kepada Ayah, Ibu dan diri Ayra sendiri untuk
mencapai cita-cita Ayra dulu dan bisa membahagiakan Ayah dan Ibu. Dan untuk
urusan cinta, Ra akan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Terima kasih
Ayah, terima kasih Ibu. Ayra akan berusaha mewujudkan impian Ra. Ayra sayang
Ayah dan Ibu ” airmata ku kembali mengalir.
“sini Nak, Ayah bangga padamu walaupun kamu sempat membuat
Ayah kecewa tapi karena keberanianmu. Kecewa itu sirna. Ayah percaya,
pengalaman ini akan membuatmu lebih arif lagi memaknai hidup. Tujuan Ayah
mendidik kamu dan Dhafi sedikit keras agar kalian tidak mensia-siakan masa
remaja kalian” kata Ayah sambil mengusap kepalaku.
Mendengar penuturan Ayah, airmataku semakin deras karena aku
telah berburuk sangka kepada Ayah. Baru sekarang aku merasakan kebenaran dari
apa yang ayah ajarkan kepadaku. Walaupun awalnya aku memberontak dengan semua
larangannya. Tapi setelah pengalaman ini aku sadar akan satu hal bahwa semua
perkataan ayah dan Ibu benar adanya. Mungkin inilah dari akhir cerita cintaku.
Walaupun cinta pertamaku berakhir tidak seperti yang kuharapkan. Tapi aku tetap
bersyukur karena aku telah banyak mendapat pelajaran berharga dari semua ini.
Aku yakin Allah mau menunjukkan kepadaku atas semua kekeliruanku selama ini dan
mungkin Allah mau menjagaku dari segala keburukan yang akan terjadi kalau
hubunganku dan Fahri masih berlanjut.
“Terima kasih Allah” ucapku penuh hikmat.
Aku
yakin akan satu hal bahwa cinta tak selamanya indah, cinta juga bisa membawa
duka. Tapi bagiku, cinta yang kualami tak akan pernah kusesali karena cinta ini
membawa hikmah buatku. Tanpa kusadari, Aku telah menyukai bahasa inggris dengan
tulus. Walaupun hubunganku dengannya telah berakhir tapi rasa cintaku kepada
bahasa inggris tidak akan pernah pupus.
♥♥♥
haii dian, assalamualikum,,
BalasHapusmau kah berteman dengan ku,??
mau kah jadi teman ku untuk sharing ??
:)
my name's riza :) nice to meet you....
kiyen akh....
BalasHapusajarin cara buat na dunkkkk.....:)
^_^
BalasHapusmampir ke blog sya ya ukh :)
BalasHapusApa Sih Untungnya Program In4Link Buat Saya ?
BalasHapus1. Tabungan Buat Masa Depan Anak Entah Nanti Buat Apa, Buat Kuliah Buat Modal Usaha Yang Penting Saya Sudah Persiapkan.
2. Ada Proteksi Buat saya Minimal 21 Juta
3. Ada Potensi Penghasilan
4. Prestige, Saya Mitra Tugu Mandiri mempunyai Kantor Yang Tersebar di Kota Besar Seluruh Infonesia.
5. Simple Mau Paruh Waktu Atau Profesional Tidak Mengganggu Profesi Kita Sebagai Mahasiswa Karyawan Ibu Rumah Tangga PNS atau lainnya.
Masih Menjadi Biasa? atau Luar Biasa?
Mudah
Cukup NABUNG, Jalani Hidup dan Ingatkan Semua Orang pentingnya Menabung.
Tidak ada yang Susah.
Sabar dan Tak Lupa Berdoa. Pada Waktunya Riski Khan Tiba.
Itulah yang Saya Alami dan Lakukan.
MAU
Untuk info lengkap silahkan hubungi :
ARIX VAIDIKA
PH/WA/SMS : 087861885449
PIN BBM : D3447540
http://www.in4-link.com/infosukses